
Album: Hitam Putih
Artis: Feby Putri
Produser: Lafa Pratomo / Enrico Octaviano / Vega Antares / Iga Massardi / Adam Febrian / Eky Rizkani / Eunike Tanzil
“Runtuh” benar-benar membuat saya jatuh cinta dengan Feby Putri. Persembahan muziknya menjerat pendengaran tanpa memaksa kita sebagai pendengar turut larut dalam emosinya sebagai penyanyi dan penulis. Hanya setelah itu sebtulnya saya menikmati album perdana Feby yang menampilkan lagu-lagu hebat seperti “Halu” dan “Usik” .
Dengan jumlah pendengar hampir 10 Juta hari ini di Spotify, Feby Putri tak perlukan lagi pengenalan. Baik di negara lahirnya Indonesia sehingga ke Malaysia, namanya sudah dipasakkan sebagai pemuzik yang cukup diyakini bakat dan keaslian yang dimiliki.
Tahun ini dengan penghasilan single “Tangan-Tangan Ucap Perpisahan” dan “Durasi” menjadi pengenalan bagi kita sebagai pendengar bersiap untuk satu persembahan yang bagaimana pula mahu dia persembahkan di album keduanya yang beredar dua minggu sudah.
“Hitam Putih” diberi judul, album ini diisi dengan 11 trak yang rata-ratanya ditulis sendiri melewati naratif bertumbuh daripada kegagalan dan keikhlasan. “Semoga Ada Waktu Luang” menjadi focus track di album ini yang saya kira menjadi percaturan terbaik Feby – kerana lagu ini jugalah dia mengikat saya melewati keselurahan album ini.
Feby dengan penceritaan tentang kesepian yang entah mengapa saat mendnegar lagu ini membuat emosi saya terlalu menggema. Bait “Beginilah adanya tanpa belaian kasih sayang” menyentak dalam tidak sedar. Feby kemudian menjadi lebih menggugah rasa di korus “Semoga ada waktu luang // ‘Tuk bertemu sang mimpi kelak bicara.”
“Tayangan Oleh Kepala” membawa saya semakin melayang dengan penghasilan muziknya. Kisah kematangan dan bertumbuh kedewasaan sebagai seorang manusia menjadi persoalan utama yang dibangkitkan di lagu ini. Saya kira ini adalah satu fasa yang cukup ramai orang mampu relate.
Feby Putri membuka lagu ini dengan persoalan “Pernah kutanya diri // Apakah hati kecilnya sedang bahagia?” dan meneruskan persoalan-persoalan bertumbuh sebagai menusia dengan “Berbeda sudah perjalanan dewasa // Tak seindah khayalan sewaktu itu // Mau tak mau semuanya menyapa.” She’s so good. Kadang-kadang saya tertanya bagaimana sebetulnya mampu menulis sebagus itu. Pentafsiran perasaan dan pemikiran yang disatukan dalam rangkap kata yang puitis.
Menerusi “Daya Diri” Feby Putri kembali menyimpul kata-kata puitisnya dengan cukup tersusun. “Bersembunyi dalam kenyataannya // Hanya jadi makin menimbun luka.” Melewati lagu ini membuat saya termenung panjang – Feby tukang cerita yang benar-benar memahami emosi pendengarnya. Pabila sesekali membaca teks liriknya sambil mendengarkan lagu ini menjadikan saya semakin beremosi. “Lalu, ku hanya duduk dalam lamunan panjang // Sejenak tak terpikir akan arah pandang // ‘Kan ke mana?”
Feby menutup album ini dengan “Perasa Baru Yang Tumbuh” yang sudut pandangnya lebih positif. Album ini cukup istimewa bagi saya, ia datang disaat saya sedang sangat senang menikmati Bernadya yang turut sama menjadi wakilan emosi pendengar.
“Hitam Putih” saya letakkan sebagai satu titik pertumbuhan dan kematangan Feby Putri sebagai pemuzik dan manusia. Dia benar-benar memahami kehendak muziknya itu harus bersulam cerita yang cukup berisi juga dalam. Dan dengan cara itu pendengarnya mampu memahami apa yang berlegar di ruang fikir seorang Feby Putri. Saya puas melewati perjalanan emosi “Hitam Putih”.
8.5/10
ARTIKEL BERKAITAN