
Jika menyebut Rida Sita Dewi mungkin banyak generasi muda hari ini tidak mengenal. Namun daripada situlah bermulanya kembara bermuzik Dewi Lestari Simangunsong atau Dee Lestari yang cukup dikenali akan karya-karya novel popularnya seperti “Perahu Kertas”, “Filosofi Kopi”, “Rectoverso” dan beberapa siri lain seperti “Supernova” juga “Rapijali”.
Perjalanan bermuzik Dee Lestari secara solo mungkin tidak sebegitu rancak namun dia sempat melahirkan sebuah album Inggeris berjudul “Out of Shell” pada tahun 2006 dan runut bunyi filem “Rectoverso” pada tahun 2008. Setelah itu dia senang bergerak sebagai penulis lagu dan lirik.
Hasilnya hari ini banyak sebetulnya karya-karya yang telah dihasilkan popular didendang baik penyanyi baru sehingga soloist papan atas Indonesia. Hikmat yang menjadi sakti pada karya-karya sudah tentu panahan lirik yang ditulis dalam bait-bait yang cukup puitis menyentuh. Dan hal ini yang akan dikupaskan dalam artikel ini.
Dee Lestari menerusi akal tajam dan pena kreatifnya pernah menghasilkan hits “Malaikat Juga Tahu” persembahan malar segar Glenn Fredly dalam persembahan Balada yang membuai disulam kemas pemilihan kata-kata yang membentuk lirik yang bercerita dalam alunan terbaik Glenn – membuai, menyentuh.
Korusnya menjadi killer utama lagu ini. “Karena kau tak lihat // Terkadang malaikat tak bersayap // Tak cemerlang tak rupawan.” Sebelum kisahnya ditutup dengan “Namun kasih ini silakan kau adu // Malaikat juga tahu // Siapa yang jadi juaranya.”
Dee banyak mengisi kisahnya dengan kosa kata yang luas dan pelbagai. Satu daripada all time favorite saya adalah “Firasat” yang dipetik daripada album perdana Marcell. Dee bermain dengan perlambangan isi bumi dalam menzahirkan sifat juga keberagaman manusia.
“Semalam // Bulan sabit melengkungkan senyummu // Tabur bintang serupa kilau auramu.” Terhasil sempurna sebagai naskhah cinta malar segar yang masih didengar biar sudah lebih dua dekad usianya. Biar sehingga hari ini saya masih berfikir-fikir bagaimana sebegitu puitis sekali ia mampu terhasil.
Bersama penulisan Dee Lestari juga terhasil hits buat Raisa berjudul “Kali Kedua”. “Jika Wangimu saja bisa // Memindahkan duniaku // Maka cintamu pasti bisa // Mengubah jalan hidupku.” Membuka lagu ini sebegitu bersahaja sekali. Dee penulis yang bijak saya kira dalam mencari perlambangan dalam lirik-lirik yang ditulisnya. Obsesi dan keinginan yang ditulis dalam membentuk keghairahan dalam cinta itu berbeza dan di luar kotak standard lirik-lirik yang ada.
Raisa tahun ini sekali lagi bersama Dee Lestari menghasilkan “Nyaman Tak Cukup” yang saya sifatkan sebagai antara lagu terbaik yang sudah terhasil tahun ini. Liriknya luar biasa, saya saat mendengar dan membaca penulisannya seperti terdiam bagaimana sebegini cantik sekali susunan bahasa yang ditulis Dee boleh terhasil.
“Nyaman Tak Cukup” datang dengan penceritaan berbeza tetapi cukup real. Tentang perhubungan yang tiada lagi sparks. Tentang kenyamanan, keselesaan dalam perhubugan yang apa lagi setelah itu? Dan hal ini ditulis dikupas sebaiknya Dee lewat lagu ini. “Nyaman tak cukup // Kau butuh tentangan, rayuan, jebakan // Semua yang membuatmu panasaran dan degdegan // Tak ada lagi.”
Penggunaan kosa kata tentangan, jebakan dan degdegan itu jika dalam pertuturan harian saya kira biasa tetapi ditulis membentuk sebuah teks lirik yang puitis tanpa kedengaran canggung itu luar biasa. Dan hal ini sememangnya Dee Lestari sahaja yang mampu menulisnya dengan sangat baik.
Tidak hanya juara di penulisan lirik, melodi ciptaannya juga dalam “Nyaman Tak Cukup” terhasil cemerlang. Dee cukup dominan dalam penghasilan Balada lembut yang ditulis dengan membuai rasa. Selain lagu-lagu yang saya sebutkan di awal artikel beberapa lagu lain yang terhasil cemerlang adalah “Awal Mula” & “Perahu Kertas” (Maudy Ayunda), “Satu Bintang di Langit Kelam” (Chandra), “Dan Lalu” (Andien) dan “Celah Bersamamu” (Barsena Besthandi).
“Dan Lalu” karya terbaru buat Andien ditulis Dee Lestari sebagai naskhah refleksi hidup – tentang kedewasaan dan bertumbuh menjadi manusia yang lebih matang. Persembahan muzik mahal tulisan Dee di lagu ini cukup membebas resah saat mendengarkannya. Jika pendengar di fasa hidup yang buntu dan penuh persoalan itu dan ini, Dee menulis dalam persembahan cukup sederhana.
Pemilihan judul “Dan Lalu” itu sendiri saya kira bersifat penyerahan untuk percaya apa jua yang terjadi dalam hidup itu akan pasti berlalu biar sekuat mana pun badai yang datang. Hal ini ditulis Dee dalam persembahan cukup matang. “Butuh puluhan tahun untuk mengerti // Jarak dan pesona dalam hidup ini // Dan masih ku belajar untuk memahami.”
Sebelum korusnya menyambut “Semua awal kan usai dan berlalu // Suka dan duka akan bertukar // Cerah dan hujan datang bergantian.” Dee menerusi lagu ini menitip pesan dan hemat buat pendengar akan pengisian hidup itu bukan tentang kesempurnaan tetapi tentang pengalaman untuk tumbuh dan lahir semula.
Dee Lestari seorang pemikir yang jiwa kemanusiannya cukup tebal dalam memerhati, memahami juga mentafsir sifatnya manusia dalam penulisan. Kembara bermuzik Dee bersama Rida Sita Dewi bermula di pertengahan 90-an dengan 3 album keseluruhan sehingga yang terkahir pada tahun 1999.
Dee sendiri kali terakhir merilis single solonya tahun ini bersama Barsena menerus lagu “Celah Bersamamu” dan tahun lalu menerus lagu “Berduka” dalam persembahan Adult Pop yang merayakan jiwa-jiwa yang mahu disentuh dengan irama dewasanya.
ARTIKEL BERKAITAN