
Susah untuk saya menolak Tulus biar sekritikal mana sekali pun saya menilai muziknya. Semakin jauh dan dalam saya mencari silap dan kurangnya semakin dia membuat saya terus jatuh cinta dengan lagu-lagunya.
Hal ini yang saya rasakan sepanjang melewati album terbarunya “Manusia”. Sebuah persembahan Pop terbaru Tulus dalam 10 lagu keseluruhan yang ceritanya semakin dekat dengan jiwa-jiwa kecil yang tersisih tetapi diadaptasi dalam penulisan liriknya yang begitu humanis sekali.
Setelah merilis “Ingkar” dan “Tujuh Belas” sebagai pengenalan perjalanan album “Manusia”, Tulus menzahirkan lapan lagi lagu yang terisi cerita-cerita yang terlalu indah sekali untuk dihayati. Kata-kata yang tertulis di setiap lagu terisi bahan fikir yang kadang menyentuh rasa dan jika jiwanya rapuh pasti akan ada air mata yang tertumpah dalam irama sederhana yang penuh magikal.
Hal-hal manusiawi ini mencuri perhatian saya berawal dengan “Kelana”. Tulus menulis tentang ketidakpastian kita sebagai manusia. Antara itu dan ini apa sebenarnya yang kita mahu itu satu urusan rasa yang kadang diri sendiri tidak pasti akan jawapannya. “Kita ke mana, Mau ke mana, Hendak mencari apa, Menumpuk untuk apa?” sebelum meneruskan bait mahal di lagu ini “Lihat langit di balik jendela bening yang jadi, Arena juang belasan jam tiap hariku.”
“Remedi” dibuka dengan horn session yang sangat melekakan. Terlalu cantik intro lagu ini sebelum diteruskan melodi sederhana Tulus yang biasa kita dengar. “Interaksi” hadir lebih menarik dari segi komposisi melodinya. Tulus sekali lagi tajam dengan penanya menulis lirk yang terhasil santai tetapi menjerit realiti. “Aku yang tak berkendali di oasis sendu.”
“Jika dia memang bisa untukku, sini – dekat dan dekatlah”
Tulis mewakili suara dan doa kebanyakan kita yang benar-benar ada di situasi yang dicipta. Dia bijak dalam menyusun sebuah cerita kecil yang sebetulnya mahu atau tidak semua orang akan mengalaminya. Pengharapan pada hal-hal yang tidak pasti. Dan semua itu diadaptasi Tulus dalam bahasa paling mudah untuk kita fahami dan merasuk.
Hal ini diteruskan lagi menerusi lagu “Jatuh Suka” yang sekali lagi menjerit realiti kisah suka pada seseorang kerana pesonanya – a story about having a crush. “Bila kau lihatku tanpa sengaja, Beginikah surga?, Bayangkan bila kau ajak bicara.“ dan diteruskan dalam rasa lebih dalam “Ini semua bukan salahmu, Punya magis perekat yang sekuat itu.”
Tulus menjadi lebih mellow dengan kisah melankolik “Nala” yang ditulis dengan melodi kesyahduan. Sekali lagi lirik Tulus menjadi killer di lagu ini. Cerita tentang pengharapan yang berhujung hampa gadis bernama Nala dalam mengejar pencarian cinta sejati.
Hal-hal dalam kisah yang ditulis Tulus ini begitu dekat dengan jiwa-jiwa anak muda pastinya. Bait “Dipilihnya baju terpantas dan bergaya, Tak sabarnya ingin segera malam tiba, Tujuh tepat pesan singkat diterimanya, Kabar dari yang ditunggu jadi tak bisa.” menjadi sebuah kisah singkat yang relateble sekali.
Dan penulisan Tulus menjadi lebih baik di lagu “Hati-Hati di Jalan” yang saya sifatkan sebagai lagu terbaiknya di album ini. Sebuah lagi kisah sedih tentang sebuah harapan yang tergendala. Tulus bijak dalam penghasilan cerita sedih tanpa perlu terlalu bergantung pada melodi yang terlalu mendayu-dayu. Sedihnya itu ditulis dalam lirik yang disulam melodi yang moden, dan Pop sekali.
Jika sekadar mendengar melodi lagu ini saya kira anda tidak dapat merasakan apa yang mahu disampaikan Tulus jadi dia membawa kita menikmati sebuah kisah sedih dalam sebuah landskap Pop yang cukup tersendiri. “Hati-Hati di Jalan” sebuah masterpiece ciptaan Tulus bersama Ari Renaldi yang cukup hebat sekali penghasilannya.
Mungkin jika ada satu lagu yang saya kurang gemar di album ini adalah “Diri” yang kedengaran terlalu biasa dan penulisan liriknya juga tidaklah terlalu menghantui. Album ini ditutup dengan “Satu Kali” yang menutup album sebagai sebuah kesimpulan “Manusia” itu sendiri. Sebuah melodi dengan pesan-pesan kehidupan “Kecil hanya sekali, muda hanya sekali, tua hanya sekali, hiduplah kini.”
Tulus sepeti apa yang saya tulis di awal tadi gagal buat saya menjadi terlalu kritis dengannya. Setiap lagu terisi di album ini direncana dengan cukup baik sekali pengisiannya. Lagu-lagu terhasil sederhana dengan kuasa pena liriknya yang cukup berperasaa. Dan atas kesederhanaan itulah membuatkan Tulus seorang figura muzik yang cukup istimewa.
“Kau melanjutkan perjalananmu, Ku melanjutkan perjalananku”
10/10
ARTIKEL BERKAITAN
Adrian Khalif Membuat Kita Tersenyum Dengan Kelahiran Single “I’m So Pretty”